Cara Menulis di Era Digital: Dari Caption hingga Artikel yang Menggugah

Teknik Storytelling & Creative Writing

Di zaman serba digital seperti sekarang, menulis bukan lagi sekadar aktivitas menuangkan tinta di atas kertas. Aktivitas menulis telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, bahkan bisa dibilang sudah melekat dengan kebiasaan digital kita. Dulu, menulis identik dengan pena dan buku catatan. Kini, hampir semua hal kita temui dalam bentuk teks—mulai dari artikel blog, caption media sosial, hingga komentar singkat di aplikasi chatting.

Tak bisa dipungkiri, tulisan bertebaran di mana-mana. Internet dipenuhi jutaan artikel yang siap dibaca kapan saja. Kita pun terbiasa menyusun kata-kata saat membagikan foto atau video di media sosial, berharap mendapat like dan memperluas jangkauan followers. Tanpa sadar, kita semua sebenarnya sedang berlatih menulis setiap hari.

Namun, ada satu kesalahan umum yang sering dilakukan—dan jujur, saya juga pernah mengalaminya. Kita menulis tanpa mempertimbangkan apakah tulisan kita menarik bagi orang lain. Kita lupa untuk melihat dari sudut pandang pembaca: “Apakah tulisan ini bermanfaat? Apakah mereka akan merasa terhubung dengan isi tulisan saya?”

Nah, untuk itulah kali ini saya ingin berbagi sedikit tentang teknik menulis kreatif, yang terbagi menjadi dua pendekatan utama: storytelling dan creative writing. Keduanya punya kekuatan besar dalam menyampaikan pesan dengan cara yang lebih personal, emosional, dan mengesankan.

CREATIVE WRITING 

Creative Writing atau Menulis Kreatif adalah tulisan yang bisa membuat pembacanya berinspirasi dan imajinasi yang kritis. Imajinasi yang dimaksud adalah untuk merangsang, membuai dan mencampur adukkan emosi. 

Dan pada penulisan kreatif bahasa yang digunakan untuk  menulis lebih ringan, santai dan tidak kaku atau terfokus pada bahasa baku yang berbeda dengan apa itu Technical Writing. Dimana adalah menulis secara teknik tentang subjek tertentu, yang berisi arahan atau penjelasan sehinggan bentukanya cenderung sistematis.
 
Creative Writing

Pada penulisan kreatif ini tujuannya tidak hanya memberi informasi saja, namun bisa untuk memberikan hiburan atau mendidik seseorang dengan mengekpresikan pikiran, menyebarkan kesadaran tentang suatu hal dan mendorong pembaca untuk melukukan aksi dan tindakan.

Jenis dalam Creative Writing

1. Fiksi

Fiksi adalah bentuk penulisan yang sepenuhnya bersumber dari imajinasi penulis. Dalam jenis ini, penulis menciptakan tokoh, alur, konflik, dan latar cerita yang tidak harus berdasarkan pada realita. Walaupun bisa saja terinspirasi dari kehidupan nyata, cerita fiksi bertujuan untuk menghibur, menggugah emosi, atau menyampaikan pesan moral melalui kisah rekaan.

Beberapa bentuk umum dari fiksi meliputi:

  • Novel: Karya panjang dengan alur kompleks dan perkembangan karakter yang mendalam.

  • Cerpen (Cerita Pendek): Kisah fiksi yang singkat, berfokus pada satu peristiwa atau konflik utama.

  • Novela (Novelet): Panjang cerita berada di antara cerpen dan novel, biasanya menawarkan cerita yang lebih terstruktur namun tetap ringkas.

Fiksi memberi ruang luas untuk eksplorasi kreativitas dan penceritaan yang menggugah imajinasi pembaca.

2. Puisi

Puisi merupakan bentuk penulisan kreatif yang mengedepankan keindahan bahasa, ritme, dan perasaan. Dalam puisi, kata-kata dipilih secara cermat untuk menciptakan efek estetis dan emosional yang kuat. Bentuk ini sering menggunakan gaya bahasa figuratif seperti metafora, simile, dan simbolisme.

Puisi dalam tradisi Indonesia juga memiliki bentuk khas, seperti:

  • Pantun: Puisi rakyat berima silang (a-b-a-b) dengan pesan atau nasihat di dua baris terakhir.

  • Gurindam: Puisi dua baris yang mengandung nasihat atau ajaran moral dalam bentuk singkat.

  • Syair: Biasanya berisi kisah atau ajaran yang disusun dalam empat baris tiap bait, dengan rima yang sama.

Jenis-jenis puisi ini tidak hanya bagian dari sastra, tetapi juga menjadi warisan budaya yang sarat makna.

3. Non-FIksi

Berbeda dari fiksi, non-fiksi kreatif tetap berlandaskan pada fakta atau kenyataan, namun ditulis dengan gaya yang lebih naratif, personal, dan menggugah dibanding tulisan jurnalistik atau ilmiah biasa. Jenis ini menggabungkan keakuratan informasi dengan elemen cerita yang memikat.

Contoh penulisan non-fiksi kreatif antara lain:

  • Autobiografi dan Biografi: Menceritakan kisah nyata kehidupan seseorang, baik dari sudut pandang pribadi maupun orang lain.

  • Laporan Perjalanan: Tulisan yang menceritakan pengalaman penulis saat menjelajahi tempat baru, lengkap dengan kesan dan pengamatan pribadi.

  • Esai atau Jurnal Reflektif: Mengulas pandangan atau pengalaman pribadi terhadap isu tertentu dengan pendekatan naratif.

  • Artikel Khusus: Teks non-fiksi yang mengangkat topik spesifik namun dikemas secara menarik dan bernuansa storytelling.

Non-fiksi kreatif cocok digunakan untuk menyampaikan cerita nyata dengan pendekatan yang lebih manusiawi, emosional, dan menyentuh sisi personal pembaca.

Hal yang harus dilakukan penulis.

Dalam hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai penulis kamu dituntut untuk menulis sebanyak mungkin. Ini dilakukan juga untuk melatih dan membiasakan dalam menulis. Disamping itu saat menulis juga dianjurkan menggunakan kalimat pembuka semenarik mungkin, hal ini bertujuan untuk menggiring pembaca aga tertarik dengan tulisan yang terpampang. Dan kamu harus menemukan metode penulisan baru agar kamu tidak bosan untuk menulis.

STORYTELLING

Storytelling adalah sebuah teknik menulis dengan bercerita. Hal ini memiliki tujuan untuk membuat tulisan lebih hidup, tidak monoton serta memiliki rasa. Biasanya pesan yang tertulis dalam sebuah tulisan ini akan lebih mudah dipahami dan mudah untuk diingat.

Karakter dalam teknik storytelling akan lebih singkat, mudah dipahami, faktual, memiliki kekuatan yang bisa menggugah emosi dan memiliki penutup yang jelas. Adapaun beberap teknik dalam menulis storytelling.
 
Storytelling

1. Teknik Monomyth

Teknik Monomyth, atau yang lebih dikenal sebagai The Hero’s Journey, adalah metode penceritaan klasik yang berfokus pada perjalanan seorang tokoh utama yang menghadapi tantangan besar, mengalami transformasi, dan akhirnya mencapai tujuan atau kemenangan.

Biasanya, cerita dimulai dari dunia biasa, lalu tokoh mendapat panggilan untuk melakukan perjalanan atau menghadapi masalah besar. Di tengah jalan, ia menghadapi rintangan berat, bahkan kegagalan. Namun berkat tekad, pertolongan, atau pencerahan baru, ia berhasil bangkit dan menaklukkan semua halangan. Pada akhirnya, ia kembali membawa perubahan positif, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.

Teknik ini sering digunakan dalam film, novel, bahkan pemasaran untuk menunjukkan kekuatan perubahan, perjuangan, dan pertumbuhan karakter yang menginspirasi.

Contoh penerapan: Kampanye brand yang menceritakan kisah seseorang dari latar belakang sulit yang berhasil mencapai kesuksesan berkat produk atau layanan tertentu.

2. Teknik False Start

Teknik False Start adalah metode storytelling yang berfokus pada kesalahan awal atau kegagalan yang justru menjadi pintu masuk menuju solusi atau keberhasilan. Cerita dimulai dengan ekspektasi atau usaha yang tidak membuahkan hasil, namun justru kegagalan tersebut menjadi bahan bakar untuk berpikir kreatif, mencari pendekatan baru, dan menemukan solusi inovatif.

Teknik ini menekankan bahwa kegagalan bukanlah akhir, melainkan bagian dari proses pembelajaran. Ini sangat berguna untuk membangun narasi yang relatable, karena banyak audiens yang pernah mengalami kegagalan.

Contoh penerapan: Cerita seorang entrepreneur yang gagal dalam bisnis pertamanya, namun justru dari kegagalan itu lahirlah ide bisnis baru yang sukses besar.

3. Teknik Sparklines

Sparklines adalah teknik penceritaan yang menyoroti kontras antara kenyataan saat ini dengan keadaan ideal yang diharapkan. Cerita ini biasanya membangun ketegangan antara "apa yang ada" dengan "apa yang seharusnya ada", dan kemudian menawarkan inspirasi atau ajakan untuk melakukan perubahan menuju keadaan ideal.

Teknik ini sangat kuat untuk membangkitkan emosi dan membangun motivasi perubahan. Narasi jenis ini sering digunakan dalam pidato, kampanye sosial, atau storytelling motivasional.

Contoh penerapan: Sebuah pidato yang mengangkat isu ketimpangan pendidikan, lalu membandingkan dengan bagaimana pendidikan seharusnya merata, kemudian ditutup dengan ajakan untuk bertindak.

4. Teknik The Mountain

Teknik The Mountain adalah metode storytelling yang bertahap dan membangun tensi secara perlahan. Cerita diawali dengan pengantar situasi atau karakter, kemudian masuk ke serangkaian konflik yang meningkat secara bertahap menuju klimaks (puncak ketegangan), dan ditutup dengan resolusi atau penyelesaian masalah.

Teknik ini cocok untuk cerita yang memiliki lapisan-lapisan konflik atau peristiwa bertingkat yang saling terkait. Formatnya mengajak audiens untuk menyusuri "pendakian emosi" yang akhirnya memberikan kepuasan ketika solusi ditemukan di akhir.

Contoh penerapan: Cerita tentang proses panjang seorang atlet dari latihan keras, cedera, kehilangan motivasi, lalu bangkit kembali dan akhirnya memenangkan kejuaraan.

Kesimpulan

Menulis telah berevolusi dari sekadar aktivitas fisik dengan pena dan kertas menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan digital kita. Di tengah derasnya arus informasi di internet dan media sosial, kemampuan menulis dengan efektif dan menarik menjadi keterampilan yang sangat penting. Namun, banyak dari kita masih menulis tanpa memahami siapa audiens kita, atau apa yang benar-benar mereka butuhkan.

Dengan memahami dan menerapkan teknik menulis kreatif, seperti storytelling dan creative writing, kita bisa menciptakan konten yang lebih berkesan, menyentuh sisi emosional pembaca, dan tentu saja lebih mudah ditemukan serta diapresiasi di era digital ini.

FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Mengapa menulis penting di era digital?

Karena hampir semua aktivitas digital melibatkan tulisan, mulai dari media sosial, email, blog, hingga konten website. Menulis dengan baik membantu menyampaikan pesan secara efektif dan menarik.

2. Apa itu menulis kreatif?

Menulis kreatif adalah gaya menulis yang menekankan pada imajinasi, emosi, dan ekspresi pribadi, baik dalam bentuk fiksi maupun non-fiksi, seperti cerita pendek, puisi, artikel naratif, dan esai reflektif.

3. Apa bedanya storytelling dengan creative writing?

Storytelling fokus pada cara menyusun cerita yang menggugah dan memikat, sedangkan creative writing lebih luas cakupannya, termasuk teknik, struktur, dan jenis tulisan kreatif lainnya.

4. Apa kesalahan umum dalam menulis?

Kesalahan paling umum adalah tidak memikirkan audiens, tidak memiliki tujuan yang jelas, serta lupa menulis dengan empati dan sudut pandang pembaca.

5. Bagaimana cara menarik perhatian pembaca?

Dengan menggunakan gaya bahasa yang natural, menyusun struktur tulisan yang runtut, dan memberikan nilai atau emosi yang relevan dengan kebutuhan pembaca.

Post a Comment for "Cara Menulis di Era Digital: Dari Caption hingga Artikel yang Menggugah"